Goa Gudawang.. goa keren dekat jakarta

wisata jabodetabek, 2015-06-27

koordinat gps pintu masuk loket : -6.458589, 106.512097

01_gudawang_01

Lagi galau BBM di R tapi ngga dibalas²? rasanya mending pergi aja ke tempat yang gak ada sinyal sekalian. Dimana?? di sini niiih pas bangeett hho. Sambil gelap-gelapan, sambil nyanyi “aku mah apah atuh…”

masih gak percaya…

menjejakkan kaki di tempat ini

masih gak percaya…

kalau ternyata di Bogor ada obyek wisata goa sebagus ini

Liburan panjang sekolah + memasuki bulan puasa, lihat adik di rumah aja itu gimana yaa… agak-agak ngga tega. Begitu diajak jalan-jalan ke goa langsung mau dianya, okelah walaupun teman-teman pada batal ikut, tetap janji adalah janji. Meluncurlah kita berdua dengan roda dua.

Dan ternyata jaraknya tidak terlalu jauh, naik Go-Jek bisa gak ya? hho. Hanya sekitar 51km atau 1 1/2 jam dari jalan raya bogor perempatan tol BORR. Hmm… masih gak percaya… tapi kenyataannya memang seperti itu dan… here we are ..^_^..

04_gudawang_04 

Memasuki area parkir, terlihat dari kejauhan 3 orang petugas langsung berdiri siap-siap melayani di gedung pintu loket. Tapi akhirnya mereka duduk-duduk lagi karena… karena setelah parkir motor kitanya ngga ke loket hha, kita keluar ke jalanan depan untuk bikin foto panorama tampak depan wisata Goa Gudawang, + sibuk foto selfie juga haha. Tapi akhirnya berhenti foto karena ada suara azan zuhur.

01_gudawang_02 01_gudawang_03

Kesan pertama… sepi. Di parkiran cuma ada 2 motor, mungkin motor petugas, dan 2 mobil plat B rombongan komunitas goa TRUPALA bulungan. Sempat ngobrol-ngobrol sebentar dengan bpk Willy salah satu pengurusnya, katanya mereka tiba malam hari, menginap dan makan sahur disini lalu caving dari pagi, waaah serunya.

Back to topic.

Petugas bersiap melayani kembali, karena melihat kita berjalan menghampiri loket. Sebenarnya sih tadinya kita mau selfie-selfian lagi di depan gedungnya, tapi ngga tega ah sama petugasnya, nanti ajalah fotonya, sekarang beli tiket dulu.

Belum ditanya… udah ngomong duluan petugasnya.

Petugas : 16 ribu, kalau ada uang pas aja ya

Aku : 16 ribu? (perasaan cari-cari info di internet masuknya bayar 10ribu)

Petugas : iya 16 ribu berdua

Aku : berdua? (koq murah)

Petugas : iya berdua udah termasuk parkir motor

Aku : diam tanpa kata (ini ciyuss??) ambil uang di dompet, bayar, lalu melangkah masuk beberapa langkah

Petugas : ini senternya dibawa aja (omegotzz… dipinjemin senter gratiss)

Aku : Musholanya dimana a?

Petugas : Mushola di kiri, tapi air wudhunya lagi mati, wudhunya di tempat mandi aja di sebelah kanan sini.

Aku : Oooowwhh oke, makasih yaa

Setelah masuk ke obyek wisata, langsung terlihat papan arah petunjuk. Sebenarnya ada 12 goa yang sudah dipetakan di area wisata ini, namun hanya 3 yang dibuka untuk umum. Goa Simenteng (kiri), Goa Sipahang (lurus ke depan tapi agak jauh sekitar 300m), dan Goa Simasigit (kanan).

01_gudawang_04

* Musholanya luas.

Setelah solat, kita langsung masuk ke Simenteng, karena jaraknya hanya beberapa langkah dari mushola.

02_gudawang_0102_gudawang_02

Goa Simenteng ini masuknya menuruni tangga, ya sekitar 7m turun ke bawahnya, baru deh ketemu medan datarnya. Goa ini sudah dilengkapi penerangan, hmm… nyaman, udaranya juga segar. Sunyi… selain suara kita berdua, terdengar suara gemericik air dan juga air yang menetes, sepertinya suaranya berasal dari balik dinding goanya.

02_gudawang_0302_gudawang_0402_gudawang_0502_gudawang_0602_gudawang_0702_gudawang_08

Ada area yang kering, ada juga yang tergenang air, tapi airnya bening dan dasarnya pasir. Genangan air bervariasi, ada yang semata kaki dan ada yang sebetis orang dewasa.

02_gudawang_0902_gudawang_1002_gudawang_1102_gudawang_15

Ada beberapa jalan percabangan, tapi aku dan adikku sepakat untuk tidak melintasi jalan yang kecil agar tidak tersasar.

02_gudawang_1202_gudawang_1302_gudawang_1402_gudawang_1602_gudawang_1702_gudawang_1802_gudawang_1902_gudawang_2002_gudawang_2102_gudawang_2202_gudawang_23

Di ujung jalan yang kita lalui terdapat lorong, sepertinya ini adalah sungai bawah tanah karena airnya terlihat agak dalam. Kami pun memutuskan untuk cukup sampai sejauh ini saja dan kembali keluar. Selain karena belum tau medan dan hanya berdua saja, kelelawarnya itu looh bikin adikku takut. Padahal kan kelelawar itu lucu kan ya? hihi. Tapi tak apalah, adikku yang takut gelap itu bisa masuk sampai sejauh ini rasanya sudah sangat luar biasa hebat. Ku acungkan jempol untukmuuu ^_^

02_gudawang_2402_gudawang_25

Kalau dibaca dari papan petunjuknya, sungai itu mengarah tembus ke goa Sipahang dengan jarak tempuh kurang lebih 400 meter, dan pemandangan stalagtit stalagmitnya indah lohh… hmm next time deh bawa pasukan.

Lanjut keluar… permisi melewati gedung loket… masuk ke Goa Simasigit.

03_gudawang_0103_gudawang_0203_gudawang_0303_gudawang_04

Pintu masuk Goa Simasigit mirip dengan Simenteng, berbentuk kepala harimau, namun tidak turun jauh ke bawah, hanya 1 meter saja. Di atas goa sepertinya ada celah-celah yang bisa dimasuki oleh air dan tanah, mungkin itu sebabnya lantai goa ini becek dengan lumpur yang licin dan lengket, aroma udaranya pun agak kurang sedap.

03_gudawang_0503_gudawang_06

Masuk agak ke dalam, kaki makin sulit berpijak dan diangkat. Gelap, tidak dilengkapi lampu, penglihatan hanya bergantung pada cahaya lampu senter. Suara-suara kelelawarnya… Hmm… okelah… aku rasa cukup deh jangan terlalu dipaksa, kasihan adikku.

03_gudawang_0703_gudawang_0803_gudawang_09

Untuk keluar pun sepertinya dia butuh perjuangan, dan mengeluh perutnya sakit. Perut? wow. Minta istirahat duduk, ow ow tidak boleh, kutawarkan untuk digendong tapi dianya tidak mau. Lihat wajahnya yang keringetan di tempat sesejuk ini kayanya ada yang tidak beres, ayolah kita keluar, duduknya diluar aja yaa. Di mulut goa dia minta duduk lagi, tapi tak kuizinkan, aku bilang duduknya di luar aja di rumput.

Dan anehnya ketika sudah di luar, baru duduk sebentar katanya perutnya udah ngga sakit lagi, dan udah bisa bercanda lagi. Sepertinya efek mencium kotoran kelelawar mungkin.

03_gudawang_10

* ada yang agi atit eyut hhi

Adikku mandi (gratis)… aku main ayunan di playground… terus ngobrol deh sama para petugas yang jaga.

Untuk Goa berikutnya… Goa Sipahang… sebaiknya jangan dulu untuk adikku. Karena setauku goa Sipahang termasuk kategori goa minat Khusus. Masih sangat alami. Walaupun indah, tapi penuh resiko, banyak percabangan dan jalan masuk melalui celah sempitnya. Jadi sebaiknya harus penuh persiapan, ya minimal makanan dan minuman, sepatu bot, helm dan wearpack bila ada walaupun di obyek wisata ini belum ada aturan untuk itu. Dan jangan lupa ajak satu petugas untuk jadi pemandu bila ingin kesana.

03_gudawang_11

Untuk sewa pemandu di goa Simenteng dan Simasigit katanya seikhlasnya aja. Untuk komplit 3 goa juga katanya seikhlasnya. Hadeeehhh… jadi kuperjelas lagi deh pertanyaannya.

Aku : Hmm… kalau aku bawa rombongan, terus mau main ke goa semuanya tiga-tiganya, dikasih tunjuk ini itu, dijelasin, sampai sore, bayar pemandunya berapa? kan kalau kasihnya seikhlasnya takutnya kedikitan. Lagian juga kalau nanti aku ajak teman-teman kesini kan bisa tau juga kira-kira patungannya berapa-berapa.

Dan… Akhirnya dijawab sama salah satu petugasnya.

Petugas : Bayarnya seikhlasnya aja… ya bisa 70ribu atau 80ribu kalau rombongan.

Aku : Naaaahh gitu kan enak dengernya, haha. (Dan kami pun tertawa bersama)

Petugas : Ya sebenernya sih ngga ada patokan harga, seikhlasnya aja. (seikhlasnya lagi haha)

Aku : Ini sepi karena hari sabtu atau karena puasa?

Petugas : Iya kalau bulan puasa, walaupun sabtu minggu ya sepi begini.

Aku : Oooww berarti kalau bukan bulan puasa rame?

Petugas : Ya kadang rame… kadang sepi juga kaya begini

Aku : banyakan ramenya atau sepinya?

Petugas : banyakan sepinya (sambil senyum-senyum penuh kejujuran)

Aku : masa sih? padahal bagus loh… mungkin karena kurang promosi aja kali ya?

Petugas : * diam ngga bisa jawab

Selesai mandi, kamipun mengucapkan terimakasih, bersalaman dan berpamitan pulang ke bekasi.

04_gudawang_01

* udah mandi, minta difoto lagi… katanya kan tadi waktu datang belum foto disini… wkwkwk

* meja kaca etalase terlihat kosong dan berdebu, padahal umumnya itu untuk jualan aneka macam cinderamata kan?

Sebenarnya masih gak percaya kalau obyek wisata ini sepi pengunjung. Apalagi akses ke sana sekarang sudah sangat mudah. Jalanan dari raya bogor – Darmaga – Leuwiliang – Cigudeg – Lokasi sudah aspal halus.

How to get there for the Angkoters?

Pilihan 1. Bisa naik angkot biru dari bogor kota (terminal bubulak) dengan jurusan Bubulak – Jasinga, tuh angkot kayanya gak ada nomornya, cuma ada tulisan angkot cipanas, bogor jasinga via leuwiliang. Turunnya di pertigaan goa gudawang lanjut naik angkot plat hitam sejauh 7km melalui perkebunan kelapa sawit.

04_gudawang_02

* penampakan angkot plat hitam di pertigaan Bunar. Jurusan Parung Panjang – Bunar Kadaka.

* kalau kamu lihat ada tulisan Goa Gudawang 2km, selamaaaatt… kamu udah di PHPin hho. Jarak yang benar adalah 7km, jadi ngga usah tanya² orang kalau belum 7km yaaa… kalau tanya orang pasti jawabannya sama. “oooh terus aja dikit lagi, gak sampai sekilo” bwaahahahaha.

04_gudawang_03

* setelah 7km ketemu deh gangnya, gampang kan?

Pilihan 2. Atau bisa naik kereta Commuter Line jurusan Tanah Abang – Parung Panjang turun di stasiun Parung Panjang, lalu lanjut naik angkot plat hitam yang sama. Kalau dari bekasi, tangerang atau jakarta, cara ke dua ini lebih efektif.

Ayo Tripper… Majukan wisata bogor, lestarikan alamnya, makmurkan ekonomi penduduk sekitarnya… beramal dengan cara membeli tiket kunjungan kesana.

\(^o^)/

semoga semakin ramai dan tetap terjaga. aamiin

————————————-

————————————-

edisi 2 angkot version

————————————-

————————————-

wisatajabodetabek, 2015-07-11

Karena masih penasaran dengan goa Sipahang, akhirnya sabtu ini culik Fajar dan Inayat untuk berpetualang ke sana by angkot.

Dari Stasiun Jatinegara menuju Parung Panjang harga tiket kereta listrik hanya 4ribu rupiah, naik dari Jatinegara transit di Manggarai, pindah kereta lalu transit di Tanah Abang, pindah kereta lagi menuju Parung Panjang, bayarnya sekali aja waktu di Jatinegara.

01_gudawang2_perjalanan_01

Dari Stasiun Parung Panjang, jalan kaki melewati pasar dan terminal kurang lebih 100 meter sampai ketemu jalan raya, angkot menuju Bunar Kadaka ngetem disana. Angkotnya berupa mobil pribadi suzuki carry plat hitam dengan warna mobil tidak seragam, ada yang biru, silver, merah, dll. Angkotnya tidak kelihatan seperti angkot karena posisi tempat duduk dan pintunya ya memang mobil pribadi.

Bayar 12ribu per orang, duduk manis di angkot selama 35 menit, melewati area perkebunan kelapa sawit, namun penuh debu dan lubang karena jalanan dilalui oleh truk² besar penambang batu, berbeda dengan area perkebunan kelapa sawit bila dilalui dari arah bogor yang mulus dan bersih. Angkot terakhir dari gudawang untuk kembali ke stasiun hanya sampai jam 4 sore yaa… tapi kereta menuju jakarta tersedia hingga jam 10 malam.

01_gudawang2_perjalanan_0201_gudawang2_perjalanan_0301_gudawang2_perjalanan_04

Harga tiket masuk perorang 7ribu rupiah.

Karena sampai di sana sudah jam 1 siang (dari stasiun jatinegara jam 9.30), setelah solat zuhur tanpa basa-basi kita langsung ke goa Simenteng. Menuruni tangganya… melewati lorongnya… aman terkendali karena sudah ada penerangannya.

02_gudawang2_simenteng_0102_gudawang2_simenteng_0202_gudawang2_simenteng_0302_gudawang2_simenteng_04

Tapi semakin ke dalam lampunya semakin jarang, dan ada kelelawarnya. Kelelawarnya bunyi “ciiit ciiiiiiittt ciiiitt”. Jadi sudah saatnya menyalakan senter yang kita bawa dari rumah. Kelelawar adalah mahluk absurd ngga jelas, dibilang burung tapi kaya tikus, penglihatannya ngga jelas juga, mereka lebih mengandalkan penciumannya untuk cari makan buah-buahan, dan memantulkan suara mendecit dipadukan dengan pendengaran ultrasoniknya supaya ngga nabrak-nabrak.

02_gudawang2_simenteng_0502_gudawang2_simenteng_0602_gudawang2_simenteng_0702_gudawang2_simenteng_08

* Ada jalan yang kering, ada jalan yang basah, air selutut, dengan dasar pasir. Bila musim hujan, airnya bisa lebih tinggi dari ini.

02_gudawang2_simenteng_0902_gudawang2_simenteng_1002_gudawang2_simenteng_11

* Stalagtit yang meneteskan air. Stalagtit seperti ini biasanya hanya bisa tumbuh maksimal sepanjang 1cm dalam kurun waktu 1 tahun. Jadiii jangan dirusak yaa.

Pada tau kan bedanya antara stalagtit dan stalagmit? haaa? lum tau? oke aku kasih tau yaa… gini aja supaya gampang ingetnya, sesuatu yang menggantung-gantung itu namanya pasti “tit” hehe… hafal kan? hho hho. Jadii stalagtit itu yang di atas, stalagmit yang tumbuh di bawah, sedangkan stalagtit dan stalagmit yang sudah bertemu, menyatu, dinamakan jodoh, eh dinamakan pilar ..^.^..

02_gudawang2_simenteng_1202_gudawang2_simenteng_1302_gudawang2_simenteng_14

02_gudawang2_simenteng_15

* Sumur mata air awet muda, tapi lagi kering. Tapi ngga papa, tanpa sumur ini pun kita udah awet muda koq yeee.

————-

Sipahang

————-

Keluar dari goa Simenteng sudah jam 2 lebih, hmm… ingat!!! angkot terakhir jam 4 sore!!! wadaww. Tapi pengen banget ke Sipahang yang gelap gulita, okelah kita minta bantuan pemandu untuk goa yang 1 ini, supaya cepat dan aman. Alasan sebenarnya ya karena kita takut sama kelelawar. 1 orang penakut + 1 orang penakut = 1/2 orang pemberani, itu rumusnya. Jadi ya memang minimal harus berempat ke sananya. Tapi ternyata kita ngga nemu 1 ekor kelelawarpun di goa Sipahang, mungkin mereka sudah cuti lebaran, karena hari ini H-6 menuju hari raya idul fitri.

Menuju goa Sipahang, kita disuguhkan pemandangan hutan sejauh 300 meter dengan berjalan kaki. Jalan setapak mudah dilalui karena sudah full semen dan menurun. Yah… 5 menit laah…

03_gudawang2_sipahang_0103_gudawang2_sipahang_2303_gudawang2_sipahang_2403_gudawang2_sipahang_0203_gudawang2_sipahang_03

03_gudawang2_sipahang_04

* Pintu goa Sipahang digembok bila hujan lebat atau bila kondisi air sungai bawah tanahnya tinggi.

Di goa Sipahang ini banyak celah-celah sempitnya, menanjak, menurun, kadang kita harus jalan membungkuk, jongkok, atau bahkan menggunakan lutut seperti anak kecil baru belajar jalan. Asik kan? Perut awas perut… haha. Tapi tidak semuanya seperti itu, banyak juga yang santainya. Sungai bawah tanahnya bening berpasir. Di beberapa titik kita akan menemui jalan yang agak berlumpur.

03_gudawang2_sipahang_0503_gudawang2_sipahang_0603_gudawang2_sipahang_0703_gudawang2_sipahang_0803_gudawang2_sipahang_0903_gudawang2_sipahang_1003_gudawang2_sipahang_1103_gudawang2_sipahang_1203_gudawang2_sipahang_1303_gudawang2_sipahang_1403_gudawang2_sipahang_1503_gudawang2_sipahang_1603_gudawang2_sipahang_17

Gimana? keren kaaann? Udaranya dingin, segar, tapi tetap berkeringat, ya mirip-mirip laah seperti ngegym di mall.

Di ujung perjalanan sejauh 400 meter kita akan berada di suatu ruangan besar (aula), seperti berada di dalam bioskop, luas dan tinggi. Coba deh duduk diam trus matiin senternya. gelapppppp… jari di depan mata aja ngga kelihatan.

03_gudawang2_sipahang_1803_gudawang2_sipahang_1903_gudawang2_sipahang_20

* Aula goa Sipahang

03_gudawang2_sipahang_2103_gudawang2_sipahang_22

* Foto di pintu keluar (pintu keluar dan masuk ya ini ini juga). Yang pakai celana biru muda itu pemandu kita, kang Edo namanya.

Sebenarnya goa Sipahang ini memiliki 2 jalur penelusuran. Namun karena waktu kita terbatas, kita cuma melalui jalur santai yang mudah dan kering. Whaaattt? iya ciyus itu yang gampangnya. Yang lebih extreemnya itu jalur basah, melalui sungai bawah tanah yang airnya sampai setinggi dada orang dewasa dengan langit-langit sejengkal di atas kepala. Jadi wajarlah kalau goa ini sering ditutup saat musim hujan.

03_gudawang2_sipahang_25 

* baliknya tanjakan bro, hho hho, eeeh ketemu sama teman yang telat datang haha.  

03_gudawang2_sipahang_26

* sambil antri mandi, main ayunan di area playground dulu lah yaww..

04_gudawang2_pulang_01 

04_gudawang2_pulang_02

* oleh-olehnya batu akik pancawarna, sebongkah cuma 20ribu… asik buat bikin kalung.

Goa Gudawang… praktis, ekonomis, cukup menantang, mantaabbb!!!

Tinggalkan komentar